BAB I
PENDAHULUAN
Dunia
industri yang perkembangannya semakin cepat memaksa setiap entitaas bisnis
untuk senantiasa melakukan inovasi dalam usaha mencapai target dari setiap
entitas. Berbagai inovasi dalam proses pencapaian visi, dan misi entitas terntu
saja membutuhkan pengukuran atas berbagai kinerja yang telah dilaksanakan.
Berbagai
ukuran kinerja tradisional yang ada sangatlah beracuan pada kinerja keuangan
dari sebuah entitas bisnis. Penilaian yang hanya berfokus pada kinerja keuangan
yang diidentikkan dengan asset yang bersifat fisik ini, mengabaikan
indikator-indikator intangible/invisible yang dimiliki oleh sebuah
entitas bisnis.
Kondisi
pengukuran kinerja dengan pendekatantradisional ini mengakibatkan banyak
perusahaan yang kemudian tidak terlalu memperhatikan kinerja dari non financial
seperti kepuasan konsumen, efesiensi proses dan kondisi dari karyawan.
Yuwono,et
al, (2006:28) mengemukakan, penggunaan tolak ukur keuangan sebagai satu-satunya
pengukur kinerja perusahaan memiliki banyak kelemahan, antara lain:
1. Pemakaian
kinerja keuangan sebagai satu-satunya penentu kinerja perusahaan bisa mendorong
manajer untuk mengambil tindakan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan
jangka panjang.
2. Daiabaikannya
aspek pengukuran non financial dan intangible asset pada umumnya, baik dari
sumber internal maupun eksternal akan memberikan suatu oandangan yang keliru
bagi manajer mengenai perusahaan di masa sekarang terlebih lagi di masa datang.
3. Kinerja
keuangan hanya bertumpu pada kinerja masa lalu dan kurang mampu sepenuhnya
untuk menuntun perusahaan ke arah tujuan perusahaan.
Robert
S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 melaporkan hasilhasil proyek
penelitian pada multiperusahaan dan memperkenalkan suatu metodologi penilaian
kinerja yang berorientasi pada pandangan strategis ke masa depan, yang disebut Balanced
Scorecard.
Balanced
Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu balanced yang secara harafiah berarti
seimbang dan scorecard yang berarti kartu skor. Scorecard adalah kartu yang
digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan/atau suatu kelompok,
juga untuk mencatat skor yang hendak diwujudkannya. Pada tahap berikutnya
seseorang dan/atau kelompok ini akan dievaluasi kinerjanya dengan membandingkan
antara apa yang telah dikerjakan dan papa yang telah direncakan. Sementara itu,
pengertian balanaced bahwa kinerja seseorang atau kelompok tertentu akan diukur
secara berimbang. Berimbang antara sisi internal dan eksternal perusahaan, dan
berimbang pula antara perspektif proses dan orang
Sedangkan
kata berimbang mempunyai arti bahwa dalam mengukur haruslah dilakukan dengan
berimbang antara aspek financial dan non financial, intern dan extern, serta
kepentingan jangka pendek dan jangka panjang. Dari dua kata ini, dapat
disimpulkan bahwa, dalam melakukan penilaian ataukah ingin memberikan skor
terhadap kinerja yang dilakukan, haruslah dilakukan dengan seimbang seperti
yang telah dijelaskan.
Balanced
Scorecard yang digunakan sebagai pengukuran pada konsepnya
mencoba menyeimbangkan penilaian terhadap aspek keuangan dengan non-keuangan
merupakan hasil dari perbaikan aspek kepuasan pelanggan. Pelanggan puas apabila
kinerja bisnis intern baik, sedangkan bisnis intern tidak akan berjalan baik
bila tidak ditopang oleh proses pembelajaran dan perkembangan yang menyeluruh
dari setiap orang dalam perusahaan. Pada awal kemunculannya Balanced
Scorecard hanyalah digunakan pada thap implementasi dan penentuan atas
kinerja eksekutif.
Kaplan
dan Norton dalam artikel kedua dalam harvard Business Review mencoba
mengembangkan balanced scorecard dengan menghubungkannya dengan tolak ukur
bisnis dan strategi perusahaan. Artikel ini berjudul “Putting the Balanced
Scorecard to Work” (September-Oktober 1993). Dalam artikel ini
ditunjukkan bagaimana beberapa perusahaan menerapkan konsep balanced scorecard.
Setelah
tahun 1993, Balanced Scorecard kemudian mulai diterapkan di beberapa
perusahaan. Hasil dari penerapan Balanced Scorecard sebagai suatu sistem
manajemen strategik yang dipelopori oleh Renaissance Solution, Inc (RSI) yang
dipimpin oleh David Norton, kemudian dilaporkan dalam sebuah artikel di Harvard
Business Review (Januari-feruari 1996) berjudul “Using Balanced Scorecard as
a Strategic Management System”.
Dalam
tahap perkembangan terkini, penjabaran balanced scorecard baik sebagai alat
pengukuran kinerja maupun sebagai sistem manajemen strategik dalam berbagai
entitas bisnis sudah banyak ditemui. Balnced Scorecard kemudian beberapa
tahun belakangan ini mulai diterapkan bukan hanya pada entitas yang mencari
laba semata, melainkan juga pada entitas non profit termasuk pemerintah.
System
balanced scorecard terdiri atas empat persfektif jika dilihat dari sisi
internal dan eksternal perusahaan yakni ;
1. Perspektif
proses bisnis/internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang lebih
berfokus ke internal perusahaan, dan
2. Perspektif
pelanggan dan keuangan lebih berfokus ke kesternal perusahaan.
Sedangkan jika dilihat dari sisi proses dan
people perspektif-perspektif itu adalah :
1. Perspektif
pembelajaran dan petumbuhan dan persfektif pelanggan yang lebih berfokus ke
orang (people) dan
2. perspektif
keuangan dan perspektif proses bisnis/internal lebih berfokus ke proses
(proces)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PROFIL
PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK
1.
Sejarah
Perusahaan
Nama “Garuda” diberikan
oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang
ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda,
Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang
artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas
kepulauan Anda”.
Sejarah
Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di
Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang untuk
kemerdekaannya. Penerbangan komersial
pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat
Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di
tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai
“PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke
Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama
yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Setahun
kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan
Negara. Pada periode tersebut, perusahaan ini mengoperasikan armada yang
terdiri dari 38 pesawat, termasuk 22 DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8
Convair 240. Armada ini terus bertambah, dan Garuda Indonesia melakukan penerbangan
pertamanya ke Mekkah ketika membawa jemaah haji Indonesia pada 1956. Rute
penerbangan oleh Garuda Indonesia ke negara-negara Eropa dimulai pada 1965
dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama
tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk
operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan
program pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus
mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training
Center. Perusahaan ini juga membangun sebuah Pusat Pemeliharaan Pesawat di
Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Di
awal era 90-an, Garuda Indonesia mengembangkan strategi jangka panjang yang
diaplikasikan hingga tahun 2000. Perusahaan ini terus mengembangkan armadanya
dan Garuda Indonesia pun masuk dalam jajaran 30 maskapai terbesar di dunia.
Di
samping inisiatif di pengembangan bisnis, tim manajemen baru mengelola
perusahaan ini pada awal 2005, dan rencana-rencana baru diformulasikan untuk
masa depan Garuda Indonesia. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi
ulang yang komprehensif dan restrukturisasi keseluruhan di perusahaan ini.
Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi operasional, mendapatkan stabilitias
keuangan yang melibatkan usaha-usaha di restrukturisasi utang termasuk
kewajiban penyewaan (leasing liabilities) dari European Export Credit Agency
(ECA), peningkatan kesadaran di antara karyawan tentang pentingnya pelayanan
bagi para penumpang, dan, yang paling penting, menghidupkan kembali dan
merevitalisasi semangat Garuda Indonesia. Kesuksesan program restrukturisasi
utang dalam perusahaan ini membuka jalan bagi Garuda Indonesia untuk menawarkan
sahamnya ke publik (go public) pada 2011.
2.
Visi dan
Misi Perusahaan
Visi
Perusahaan
Menjadi perusahaan
penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada
masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.
Misi
Perusahaan
Sebagai
perusahan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan
Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan
memberikan pelayanan yang profesional.
3. Struktur Organisasi
B. BALANCED SCORECARD
Penerapan balanced
scorecard di pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dapat dilihat dari uraian
yang penulis kemukakan di makalah ini merupakan balanced scorecard secara
keseluruhan baik itu dari perspektif bisnis internal, kepuasan pelanggan,
keuangan dan perumbuhan dan pembelajaran.
Garuda Indonesia adalah
maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline
(maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 82
armada untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional termasuk Asia
(Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan),
Australia serta Eropa (Belanda).
Sebagai bentuk
kepeduliannya akan keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan sertifikasi
IATA Operational Safety Audit (IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini
telah memenuhi standar internasional di bidang keselamatan dan keamanan.
Untuk meningkatkan
pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut
"Garuda Indonesia Experience". Layanan baru ini menawarkan konsep
yang mencerminkan keramahan asli Indonesia dalam segala aspek. Untuk mendukung
layanan ini, semua armada baru dilengkapi dengan interior paling mutakhir, yang
dilengkapi LCD TV layar sentuh individual di seluruh kelas eksekutif dan
ekonomi. Selain itu, penumpang juga dimanjakan dengan Audio and Video on Demand
(AVOD), yaitu sistem hiburan yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu,
sesuai pilihan masing-masing penumpang.
Berbagai penghargaan
pun telah diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti dari keunggulannya. Pada
tahun 2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star Airline” dan
sebagai “The World's Most Best Improved Airline”. Selanjutnya pada Juli 2012,
Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World's Best Regional
Airline” dan “Maskapai Regional Terbaik di Dunia”. Sebuah lembaga
konsultasi penerbangan bernama Centre for Asia Aviation (CAPA), yang berpusat
di Sydney, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai
"Maskapai yang Paling Mengubah Haluan Tahun Ini", pada tahun 2010.
Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti independen di Australia, juga memberikan
penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline”
pada bulan Januari, Februari dan Juli 2012.
Garuda Indonesia memang
telah berhasil mengubah haluannya, sehingga terhindar dari kegagalan di masa
krisis dan meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010. Setelah melalui
masa-masa sulit, kini Garuda Indonesia melanjutkan kesuksesan dengan
menjalankan program 5 tahun ekspansi secara agresif. Program ini dikenal dengan
nama ‘Quantum Leap’. Program ini diharapkan akan membawa perusahaan menjadi
lebih besar lagi, dengan jaringan yang lebih luas dan diiringi dengan kualitas
pelayanan yang semakin baik.
Saat ini Garuda
Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada
di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang
berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan
frekuensi penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki
hub di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari bisnis
utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki unit
bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda
Indonesia adalah :
1. Garuda
Cargo
2. Garuda
Medical Center.
Sedangkan
anak perusahaan Garuda Indonesia adalah :
1. PT
Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier),
2. PT
Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan katering),
3. PT
Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket),
4. PT
Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk
industri pariwisawata dan transportasi)
5. PT
Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu perusahaan yang bergerak di
bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.
Jenis pesawat standarisasi yang dipakai yaitu jenis Boeing B737-800NG dan Bombardier
CRJ1000NextGen untuk rute jarak pendek dan regional, Airbus A330-200/300 untuk
rute jarak menengah, Boeing B777-300ER untuk rute jarak jauh, dan Airbus A320-200
untuk Citilink
Pada bulan Februari
2011 Garuda Indonesia melakukan penawaran umum saham perdana (initial public
offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia dan sukses meraih dana sebesar Rp 3,3
triliun. Penambahan modal tersebut telah memperbaiki fundamental keuangan
Perusahaan, termasuk kemampuan arus kas untuk aktivitas investasi bagi
peremajaan armada Garuda Indonesia. Seiring dengan peningkatan jumlah penumpang
dan efisiensi biaya operasional secara keseluruhan, Garuda Indonesia mampu
membukukan peningkatan pendapatan usaha dan laba bersih yang signifikan pada
tahun 2011.
Kinerja Keuangan PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
BAB III
PENUTUP
Untuk
mendukung program 5 tahun ekpansi secara agresif yang telah ditetapkan oleh PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai wujud penerapan balanced scorecard maka
strategi yang dapat dilakukan yaitu :
1.
Menumbuhkan volume bisnis untuk mendominasi pasar penerbangan “Full
Service Carrier” domestik yang sangat potensial di Indonesia. Transportasi
udara adalah transportasi paling efisien untuk negara kepulauan seperti
Indonesia dengan sekitar 6.000 pulau yang berpenghuni. Dalam konteks Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025,
pembangunan di enam koridor ekonomi di seluruh Indonesia akan semakin
meningkatkan kebutuhan sarana transportasi. Kenaikan pendapatan per kapita dan
makin besarnya populasi masyarakat kalangan menengah juga akan meningkatkan kebutuhan
akan transportasi udara. Sebagai satu-satunya penerbangan Full Service Carrier
(FSC) domestik, Garuda Indonesia memiliki posisi yang baik untuk mendominasi
pasar FSC dalam negeri khususnya dalam memenuhi kebutuhan penumpang premium
untuk penerbangan langsung ke berbagai destinasi di Indonesia
2.
Bersaing untuk merebut pangsa pasar di segmen internasional yang
menjanjikan banyak peluang untuk tumbuh. Indonesia merupakan salah satu pusat
keuangan di kawasan Asia dan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi
paling dinamis di dunia akhir-akhir ini,yang antara lain telah berdampak pada
makin besarnya populasi kelas menengah Indonesia. Indonesia juga dikenal sejak
lama akan daya tarik budaya dan alam sebagai salah satu tujuan wisata dunia.
Kondisi ini dipercaya akan mendorong jumlah penumpang internasional yang berpergian
ke Indonesia, maupun penumpang lokal yang bepergian ke luar negeri, baik untuk
bisnis maupun berlibur.
3.
Mengembangkan bisnis Low Cost Carrier melalui Citilink di
Indonesia sebagai pelengkap untuk mendorong pertumbuhan perusahaan secara
keseluruhan. Pasar penerbangan berbiaya rendah di Indonesia dalam tiga tahun
terakhir ini tercatat tumbuh rata-rata 15% per tahun (sumber data: Kementerian
Perhubungan). Prospek ke depan di segmen pasar ini juga sangat cerah mengingat
semakin banyaknya populasi Indonesia yang mampu bepergian dengan pesawat udara
sebagai moda transportasi yang paling efektif untuk tujuannya.
4.
Mengembangkan dan sekaligus menyederhanakan serta meremajakan
armada untuk meningkatkan volume bisnis dan mempertahankan daya sain. Garuda
Indonesia tengah melakukan program pengembangan armada melalui penambahan
pesawat agar dapat lebih maksimal menangkap peluang pertumbuhan di
masing-masing segmen pasar yang dilayani, yaitu penerbangan domestik,
internasional dan LCC (Citilink).
5.
Mengembangkan brand yang kuat yang didukung oleh kualitas produk
dan layanan sebagai diferensiasi untuk memenangkan persaingan. Nuansa
keramahtamahan dan keragaman budaya Indonesia yang telah dikenal luas di dunia
menjadi modal utama untuk membentuk brand Garuda Indonesia yang kuat dan
berbeda dengan pesaing-pesaingnya.
6.
Melakukan upaya-upaya efisiensi biaya tanpa mengorbankan
kualitas pelayanan, agar mampu mencapai struktur biaya yang bersaing. Garuda
Indonesia tetap berfokus pada upaya-upaya efisiensi biaya, tanpa mengurangi
kualitas layanan sebagai sebuah FSC. Hal ini antara lain dapat dicapai melalui
pengoperasian pesawat-pesawat baru dengan mesin model mutakhir, peningkatan
utilisasi pesawat guna menambah produktivitas aset, serta pemakaian dan
pemutakhiran sistem Teknologi Informasi untuk pekerjaan front office dan back
office. Melalui upaya-upaya ini, Garuda Indonesia diharapkan dapat memperoleh
struktur biaya yang lebih baik dibandingkan pesaing, sehingga mampu bertahan
dalam persaingan bisnis dan sekaligus meraih pertumbuhan ke depan
7.
Human (Capital Right Quality & Right Quantity)
a. Memenuhi kebutuhan akan sumber
daya manusia dari sisi jumlah, kualitas dan kualifikasi guna mendukung kinerja
saat ini dan pengembangan usaha ke depan.
b. Keberadaan sumber daya manusia
dalam jumlah yang memadai, kualitas yang tepat dan kualifikasi yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan bisnis merupakan modal utama Garuda Indonesia dalam
meningkatkan kinerja dan mendorong pertumbuhan lebih tinggi ke depan.
Penambahan kru pesawat dan kru pendukung lainnyaharus terus diupayakan untuk mengimbangi perluasan
armada. Pemenuhan standar kualifikasi karyawan diupayakan antar lain melalui
program pendidikan manajemen dan kepemimpinan bekerja sama dengan General
Electric. Sementara kualitas karyawan dikembangkan melalui sosialisasi dan
internalisasi budaya kerja Fly