Sabtu, 30 Agustus 2014

Makalah Penerapan Balanced Scorecard PT. Garuda Indonesia (Persero)

BAB I
PENDAHULUAN
Dunia industri yang perkembangannya semakin cepat memaksa setiap entitaas bisnis untuk senantiasa melakukan inovasi dalam usaha mencapai target dari setiap entitas. Berbagai inovasi dalam proses pencapaian visi, dan misi entitas terntu saja membutuhkan pengukuran atas berbagai kinerja yang telah dilaksanakan.
Berbagai ukuran kinerja tradisional yang ada sangatlah beracuan pada kinerja keuangan dari sebuah entitas bisnis. Penilaian yang hanya berfokus pada kinerja keuangan yang diidentikkan dengan asset yang bersifat fisik ini, mengabaikan indikator-indikator intangible/invisible yang dimiliki oleh sebuah entitas bisnis.
Kondisi pengukuran kinerja dengan pendekatantradisional ini mengakibatkan banyak perusahaan yang kemudian tidak terlalu memperhatikan kinerja dari non financial seperti kepuasan konsumen, efesiensi proses dan kondisi dari karyawan.
Yuwono,et al, (2006:28) mengemukakan, penggunaan tolak ukur keuangan sebagai satu-satunya pengukur kinerja perusahaan memiliki banyak kelemahan, antara lain:
1.      Pemakaian kinerja keuangan sebagai satu-satunya penentu kinerja perusahaan bisa mendorong manajer untuk mengambil tindakan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.
2.      Daiabaikannya aspek pengukuran non financial dan intangible asset pada umumnya, baik dari sumber internal maupun eksternal akan memberikan suatu oandangan yang keliru bagi manajer mengenai perusahaan di masa sekarang terlebih lagi di masa datang.
3.      Kinerja keuangan hanya bertumpu pada kinerja masa lalu dan kurang mampu sepenuhnya untuk menuntun perusahaan ke arah tujuan perusahaan.
Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 melaporkan hasilhasil proyek penelitian pada multiperusahaan dan memperkenalkan suatu metodologi penilaian kinerja yang berorientasi pada pandangan strategis ke masa depan, yang disebut Balanced Scorecard.
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu balanced yang secara harafiah berarti seimbang dan scorecard yang berarti kartu skor. Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan/atau suatu kelompok, juga untuk mencatat skor yang hendak diwujudkannya. Pada tahap berikutnya seseorang dan/atau kelompok ini akan dievaluasi kinerjanya dengan membandingkan antara apa yang telah dikerjakan dan papa yang telah direncakan. Sementara itu, pengertian balanaced bahwa kinerja seseorang atau kelompok tertentu akan diukur secara berimbang. Berimbang antara sisi internal dan eksternal perusahaan, dan berimbang pula antara perspektif proses dan orang
Sedangkan kata berimbang mempunyai arti bahwa dalam mengukur haruslah dilakukan dengan berimbang antara aspek financial dan non financial, intern dan extern, serta kepentingan jangka pendek dan jangka panjang. Dari dua kata ini, dapat disimpulkan bahwa, dalam melakukan penilaian ataukah ingin memberikan skor terhadap kinerja yang dilakukan, haruslah dilakukan dengan seimbang seperti yang telah dijelaskan.
Balanced Scorecard yang digunakan sebagai pengukuran pada konsepnya mencoba menyeimbangkan penilaian terhadap aspek keuangan dengan non-keuangan merupakan hasil dari perbaikan aspek kepuasan pelanggan. Pelanggan puas apabila kinerja bisnis intern baik, sedangkan bisnis intern tidak akan berjalan baik bila tidak ditopang oleh proses pembelajaran dan perkembangan yang menyeluruh dari setiap orang dalam perusahaan. Pada awal kemunculannya Balanced Scorecard hanyalah digunakan pada thap implementasi dan penentuan atas kinerja eksekutif.
Kaplan dan Norton dalam artikel kedua dalam harvard Business Review mencoba mengembangkan balanced scorecard dengan menghubungkannya dengan tolak ukur bisnis dan strategi perusahaan. Artikel ini berjudul “Putting the Balanced Scorecard to Work” (September-Oktober 1993). Dalam artikel ini ditunjukkan bagaimana beberapa perusahaan menerapkan konsep balanced scorecard.
Setelah tahun 1993, Balanced Scorecard kemudian mulai diterapkan di beberapa perusahaan. Hasil dari penerapan Balanced Scorecard sebagai suatu sistem manajemen strategik yang dipelopori oleh Renaissance Solution, Inc (RSI) yang dipimpin oleh David Norton, kemudian dilaporkan dalam sebuah artikel di Harvard Business Review (Januari-feruari 1996) berjudul “Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System”.
Dalam tahap perkembangan terkini, penjabaran balanced scorecard baik sebagai alat pengukuran kinerja maupun sebagai sistem manajemen strategik dalam berbagai entitas bisnis sudah banyak ditemui. Balnced Scorecard kemudian beberapa tahun belakangan ini mulai diterapkan bukan hanya pada entitas yang mencari laba semata, melainkan juga pada entitas non profit termasuk pemerintah.
System balanced scorecard terdiri atas empat persfektif jika dilihat dari sisi internal dan eksternal perusahaan yakni ;
1.      Perspektif proses bisnis/internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang lebih berfokus ke internal perusahaan, dan
2.      Perspektif pelanggan dan keuangan lebih berfokus ke kesternal perusahaan.
 Sedangkan jika dilihat dari sisi proses dan people perspektif-perspektif itu adalah :
1.      Perspektif pembelajaran dan petumbuhan dan persfektif pelanggan yang lebih berfokus ke orang (people) dan
2.      perspektif keuangan dan perspektif proses bisnis/internal lebih berfokus ke proses (proces)

BAB II
PEMBAHASAN
A.     PROFIL PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK
1.      Sejarah Perusahaan
 Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya.  Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Setahun kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan Negara. Pada periode tersebut, perusahaan ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 38 pesawat, termasuk 22 DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8 Convair 240. Armada ini terus bertambah, dan Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertamanya ke Mekkah ketika membawa jemaah haji Indonesia pada 1956. Rute penerbangan oleh Garuda Indonesia ke negara-negara Eropa dimulai pada 1965 dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center. Perusahaan ini juga membangun sebuah Pusat Pemeliharaan Pesawat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Di awal era 90-an, Garuda Indonesia mengembangkan strategi jangka panjang yang diaplikasikan hingga tahun 2000. Perusahaan ini terus mengembangkan armadanya dan Garuda Indonesia pun masuk dalam jajaran 30 maskapai terbesar di dunia.
Di samping inisiatif di pengembangan bisnis, tim manajemen baru mengelola perusahaan ini pada awal 2005, dan rencana-rencana baru diformulasikan untuk masa depan Garuda Indonesia. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang yang komprehensif dan restrukturisasi keseluruhan di perusahaan ini. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi operasional, mendapatkan stabilitias keuangan yang melibatkan usaha-usaha di restrukturisasi utang termasuk kewajiban penyewaan (leasing liabilities) dari European Export Credit Agency (ECA), peningkatan kesadaran di antara karyawan tentang pentingnya pelayanan bagi para penumpang, dan, yang paling penting, menghidupkan kembali dan merevitalisasi semangat Garuda Indonesia. Kesuksesan program restrukturisasi utang dalam perusahaan ini membuka jalan bagi Garuda Indonesia untuk menawarkan sahamnya ke publik (go public) pada 2011.

2.      Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.

Misi Perusahaan

Sebagai perusahan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional.
3.      Struktur Organisasi

B.     BALANCED SCORECARD
Penerapan balanced scorecard di pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dapat dilihat dari uraian yang penulis kemukakan di makalah ini merupakan balanced scorecard secara keseluruhan baik itu dari perspektif bisnis internal, kepuasan pelanggan, keuangan dan perumbuhan dan pembelajaran.
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta Eropa (Belanda).
Sebagai bentuk kepeduliannya akan keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi standar internasional di bidang keselamatan dan keamanan.
Untuk meningkatkan pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut "Garuda Indonesia Experience". Layanan baru ini menawarkan konsep yang mencerminkan keramahan asli Indonesia dalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armada baru dilengkapi dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV layar sentuh individual di seluruh kelas eksekutif dan ekonomi. Selain itu, penumpang juga dimanjakan dengan Audio and Video on Demand (AVOD), yaitu sistem hiburan yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai pilihan masing-masing penumpang.
Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti dari keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star Airline” dan sebagai “The World's Most Best Improved Airline”. Selanjutnya pada Juli 2012, Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World's Best Regional Airline” dan “Maskapai Regional Terbaik di Dunia”.  Sebuah lembaga konsultasi penerbangan bernama Centre for Asia Aviation (CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai "Maskapai yang Paling Mengubah Haluan Tahun Ini", pada tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti independen di Australia, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline” pada bulan Januari, Februari dan Juli 2012.
Garuda Indonesia memang telah berhasil mengubah haluannya, sehingga terhindar dari kegagalan di masa krisis dan meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010. Setelah melalui masa-masa sulit, kini Garuda Indonesia melanjutkan kesuksesan dengan menjalankan program 5 tahun ekspansi secara agresif. Program ini dikenal dengan nama ‘Quantum Leap’. Program ini diharapkan akan membawa perusahaan menjadi lebih besar lagi, dengan jaringan yang lebih luas dan diiringi dengan kualitas pelayanan yang semakin baik.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki unit bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda Indonesia adalah :
1.      Garuda Cargo
2.      Garuda Medical Center.
Sedangkan anak perusahaan Garuda Indonesia adalah :
1.      PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier),
2.      PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan katering),
3.      PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket),
4.      PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan transportasi)
5.      PT Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.
Jenis pesawat standarisasi yang dipakai  yaitu jenis Boeing B737-800NG dan Bombardier CRJ1000NextGen untuk rute jarak pendek dan regional, Airbus A330-200/300 untuk rute jarak menengah, Boeing B777-300ER untuk rute jarak jauh, dan Airbus A320-200 untuk Citilink
Pada bulan Februari 2011 Garuda Indonesia melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia dan sukses meraih dana sebesar Rp 3,3 triliun. Penambahan modal tersebut telah memperbaiki fundamental keuangan Perusahaan, termasuk kemampuan arus kas untuk aktivitas investasi bagi peremajaan armada Garuda Indonesia. Seiring dengan peningkatan jumlah penumpang dan efisiensi biaya operasional secara keseluruhan, Garuda Indonesia mampu membukukan peningkatan pendapatan usaha dan laba bersih yang signifikan pada tahun 2011.
Berikut ini adalah kinerja PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk di lingkup domestic :
Berikut ini adalah kinerja PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk di lingkup internasional :
Kinerja Keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
BAB III
PENUTUP
Untuk mendukung program 5 tahun ekpansi secara agresif yang telah ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai wujud penerapan balanced scorecard maka strategi yang dapat dilakukan yaitu :
1.      Menumbuhkan volume bisnis untuk mendominasi pasar penerbangan “Full Service Carrier” domestik yang sangat potensial di Indonesia. Transportasi udara adalah transportasi paling efisien untuk negara kepulauan seperti Indonesia dengan sekitar 6.000 pulau yang berpenghuni. Dalam konteks Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, pembangunan di enam koridor ekonomi di seluruh Indonesia akan semakin meningkatkan kebutuhan sarana transportasi. Kenaikan pendapatan per kapita dan makin besarnya populasi masyarakat kalangan menengah juga akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi udara. Sebagai satu-satunya penerbangan Full Service Carrier (FSC) domestik, Garuda Indonesia memiliki posisi yang baik untuk mendominasi pasar FSC dalam negeri khususnya dalam memenuhi kebutuhan penumpang premium untuk penerbangan langsung ke berbagai destinasi di Indonesia
2.      Bersaing untuk merebut pangsa pasar di segmen internasional yang menjanjikan banyak peluang untuk tumbuh. Indonesia merupakan salah satu pusat keuangan di kawasan Asia dan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling dinamis di dunia akhir-akhir ini,yang antara lain telah berdampak pada makin besarnya populasi kelas menengah Indonesia. Indonesia juga dikenal sejak lama akan daya tarik budaya dan alam sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Kondisi ini dipercaya akan mendorong jumlah penumpang internasional yang berpergian ke Indonesia, maupun penumpang lokal yang bepergian ke luar negeri, baik untuk bisnis maupun berlibur.
3.      Mengembangkan bisnis Low Cost Carrier melalui Citilink di Indonesia sebagai pelengkap untuk mendorong pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan. Pasar penerbangan berbiaya rendah di Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini tercatat tumbuh rata-rata 15% per tahun (sumber data: Kementerian Perhubungan). Prospek ke depan di segmen pasar ini juga sangat cerah mengingat semakin banyaknya populasi Indonesia yang mampu bepergian dengan pesawat udara sebagai moda transportasi yang paling efektif untuk tujuannya.
4.      Mengembangkan dan sekaligus menyederhanakan serta meremajakan armada untuk meningkatkan volume bisnis dan mempertahankan daya sain. Garuda Indonesia tengah melakukan program pengembangan armada melalui penambahan pesawat agar dapat lebih maksimal menangkap peluang pertumbuhan di masing-masing segmen pasar yang dilayani, yaitu penerbangan domestik, internasional dan LCC (Citilink).
5.      Mengembangkan brand yang kuat yang didukung oleh kualitas produk dan layanan sebagai diferensiasi untuk memenangkan persaingan. Nuansa keramahtamahan dan keragaman budaya Indonesia yang telah dikenal luas di dunia menjadi modal utama untuk membentuk brand Garuda Indonesia yang kuat dan berbeda dengan pesaing-pesaingnya.
6.      Melakukan upaya-upaya efisiensi biaya tanpa mengorbankan kualitas pelayanan, agar mampu mencapai struktur biaya yang bersaing. Garuda Indonesia tetap berfokus pada upaya-upaya efisiensi biaya, tanpa mengurangi kualitas layanan sebagai sebuah FSC. Hal ini antara lain dapat dicapai melalui pengoperasian pesawat-pesawat baru dengan mesin model mutakhir, peningkatan utilisasi pesawat guna menambah produktivitas aset, serta pemakaian dan pemutakhiran sistem Teknologi Informasi untuk pekerjaan front office dan back office. Melalui upaya-upaya ini, Garuda Indonesia diharapkan dapat memperoleh struktur biaya yang lebih baik dibandingkan pesaing, sehingga mampu bertahan dalam persaingan bisnis dan sekaligus meraih pertumbuhan ke depan
7.      Human (Capital Right Quality & Right Quantity)
a.       Memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia dari sisi jumlah, kualitas dan kualifikasi guna mendukung kinerja saat ini dan pengembangan usaha ke depan.

b.      Keberadaan sumber daya manusia dalam jumlah yang memadai, kualitas yang tepat dan kualifikasi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bisnis merupakan modal utama Garuda Indonesia dalam meningkatkan kinerja dan mendorong pertumbuhan lebih tinggi ke depan. Penambahan kru pesawat dan kru pendukung lainnyaharus  terus diupayakan untuk mengimbangi perluasan armada. Pemenuhan standar kualifikasi karyawan diupayakan antar lain melalui program pendidikan manajemen dan kepemimpinan bekerja sama dengan General Electric. Sementara kualitas karyawan dikembangkan melalui sosialisasi dan internalisasi budaya kerja Fly

0 comments:

Posting Komentar